Pagi ini, saya sedang duduk di teras rumah memandangi
pohon-pohon di halaman rumah saya. Merasa bahwa hari ini tidak begitu berat,
saya memutuskan untuk diam saja di rumah, sejenak melepaskan kepenatan dari
kenyataan hidup. Pikiran saya melanglang buana menyusuri masa-masa bahagia.
Seseorang pernah bertanya kepada saya tentang kebahagiaan, saya menjawab bahwa
bahagia adalah dimana kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan dan semua
orang yang mencitaimu serta selalu berada di sisimu. Namun orang itu hanya diam
sambil tersenyum. Ia lalu berkata di sela senyumannya,”bahagia itu ketika kamu
memori indah yang dapat kamu kenang selamanya hingga ajalmu menjemput”. Setelah
kejadian itu, saya tersentak, tersedak. Saya tak pernah memikirkan akan
mempunyai suatu kenangan yang tak terlupakan. Semua kejadian, tragedi,
peristiwa indah pastinya akan cepat dilupakan. Foto, video, dan cerita tak akan
memperpanjang kesenangan yang selama ini saya dapatkan. Saat itu, 17 tahun
lalu, saya masih berumur 9 tahun. Hari dimana saya menjadi anak yatim, tepat
dimana sesorang mengatakan hal itu kepada saya. Ya, ayah saya memeri tahu
hakikat kebahagiaan baginya tepat saat ia pergi meninggalkan saya. Hari itu
tiba-tiba langkah menjadi berat, mata menjadi buram, dan tangis membuncah entah
mengapa. Saya merasa sangat bodoh menangisi orang yang sudah begitu jahat
meninggalkan saya di dunia ini sedang saya bahkan belum mengerti apa artinya
kebahagiaan. Satu hal yang saya pikirkan tentang perkataan ayah, bahwa kebahagiaan
yang saya peroleh 9 tahun ini masih belum cukup untuk menandingi kesedihan
ditinggalkan oleh idola nomor satu di hati saya. Saat semua anak sangat
menyukai teletubbies, saya hanya menyukai ayah saya. Saat semua anak merengek
minta dibelikan boneka Barbie, saya hanya merengek minta jalan-jalan ke jalan
tol bersama ayah saya. Saat semua anak menangis karena dipukul, maka saya akan
sangat ikhlas menerima sabuk yang melayang berkali-kali ke kaki mungil saya.
Saya hanya anak kecil yang sangat merindukan ayah saya, merindukan pelukannya
yang sangat hangat. Saya hanya sangat mencintai ayah saya. Akhirnya saya tahu
mengapa ayah berkata bahwa kenangan indah merupakan hal yang paing penting,
karena ia meninggalkan saya. Ayah saya meninggalkan saya. Kenangan pahit itu
telah membuat hati saya keras. Tumbuh hanya dengan seorang Ibu, membuat saya
merasa special. Beberapa bulan setelah kematian ayah, ibu sakit. Aku hanya
seorang anak Ibu, Ayah. MEngapa engkau menimpakan masalah ini pada anak berumur
9 tahun? MEngapa saya harus melhat Ibu saya kesakitan karena merindukan Ayah.
Apa yang bisa saya lakukan? Saya hanya bisa mengambilkan minum, memijat,
menghibur, dan bahkan saya masih belum bisa bekerja. Setelah kejadian
bertubi-tubi di masa-masa sulit saya. Saya berjanji akan menjadi orang seperti
Ayah, juga memahami kebahagiaan seperti ayah. Saya akan membuat banyak
kebahagiaan, kenangan tentang kebahagiaan. Kenangan indah yang tak akan
terlupakan.
No comments:
Post a Comment