Life is just Stories

Life is just Stories

Thursday, September 20, 2012

One Step Closer Ep. 1


Pagi ini, saya sedang duduk di teras rumah memandangi pohon-pohon di halaman rumah saya. Merasa bahwa hari ini tidak begitu berat, saya memutuskan untuk diam saja di rumah, sejenak melepaskan kepenatan dari kenyataan hidup. Pikiran saya melanglang buana menyusuri masa-masa bahagia. Seseorang pernah bertanya kepada saya tentang kebahagiaan, saya menjawab bahwa bahagia adalah dimana kamu bisa mendapatkan semua yang kamu inginkan dan semua orang yang mencitaimu serta selalu berada di sisimu. Namun orang itu hanya diam sambil tersenyum. Ia lalu berkata di sela senyumannya,”bahagia itu ketika kamu memori indah yang dapat kamu kenang selamanya hingga ajalmu menjemput”. Setelah kejadian itu, saya tersentak, tersedak. Saya tak pernah memikirkan akan mempunyai suatu kenangan yang tak terlupakan. Semua kejadian, tragedi, peristiwa indah pastinya akan cepat dilupakan. Foto, video, dan cerita tak akan memperpanjang kesenangan yang selama ini saya dapatkan. Saat itu, 17 tahun lalu, saya masih berumur 9 tahun. Hari dimana saya menjadi anak yatim, tepat dimana sesorang mengatakan hal itu kepada saya. Ya, ayah saya memeri tahu hakikat kebahagiaan baginya tepat saat ia pergi meninggalkan saya. Hari itu tiba-tiba langkah menjadi berat, mata menjadi buram, dan tangis membuncah entah mengapa. Saya merasa sangat bodoh menangisi orang yang sudah begitu jahat meninggalkan saya di dunia ini sedang saya bahkan belum mengerti apa artinya kebahagiaan. Satu hal yang saya pikirkan tentang perkataan ayah, bahwa kebahagiaan yang saya peroleh 9 tahun ini masih belum cukup untuk menandingi kesedihan ditinggalkan oleh idola nomor satu di hati saya. Saat semua anak sangat menyukai teletubbies, saya hanya menyukai ayah saya. Saat semua anak merengek minta dibelikan boneka Barbie, saya hanya merengek minta jalan-jalan ke jalan tol bersama ayah saya. Saat semua anak menangis karena dipukul, maka saya akan sangat ikhlas menerima sabuk yang melayang berkali-kali ke kaki mungil saya. Saya hanya anak kecil yang sangat merindukan ayah saya, merindukan pelukannya yang sangat hangat. Saya hanya sangat mencintai ayah saya. Akhirnya saya tahu mengapa ayah berkata bahwa kenangan indah merupakan hal yang paing penting, karena ia meninggalkan saya. Ayah saya meninggalkan saya. Kenangan pahit itu telah membuat hati saya keras. Tumbuh hanya dengan seorang Ibu, membuat saya merasa special. Beberapa bulan setelah kematian ayah, ibu sakit. Aku hanya seorang anak Ibu, Ayah. MEngapa engkau menimpakan masalah ini pada anak berumur 9 tahun? MEngapa saya harus melhat Ibu saya kesakitan karena merindukan Ayah. Apa yang bisa saya lakukan? Saya hanya bisa mengambilkan minum, memijat, menghibur, dan bahkan saya masih belum bisa bekerja. Setelah kejadian bertubi-tubi di masa-masa sulit saya. Saya berjanji akan menjadi orang seperti Ayah, juga memahami kebahagiaan seperti ayah. Saya akan membuat banyak kebahagiaan, kenangan tentang kebahagiaan. Kenangan indah yang tak akan terlupakan. 

No comments:

Post a Comment